Selasa, 13 Juli 2010

BASUKI ABDULLAH (1915 – 1993)


Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul “Kakak dan Adik”, 1978 ini merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik realis. Dengan pencahayaan dari samping, figur kakak dan adik yang dalam gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan penguasaan proporsi dan anatomi, pelukis ini menggambarkan gerak tubuh mereka yang mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi wajah mereka yeng jernih tetapi matanya menatap kosong. Apalagi pakaian mereka yang bersahaja dan berwarna gelap, sosok kakak beradik ini dalam selubung keharuan. Dari berbagai fakta tekstual ini, Basuki Abdullah ingin mengungkapkan empatinya pada kasih sayang dan kemanusiaan.
Namun demikian, spirit keharuan kemanusiaan dalam lukisan ini tetap dalam bingkai romantisisme.Oleh karena itu, figur kakak beradik lebih hadir sebabagi idealisme dunia utuh atau bahkan manis, daripada ketajaman realitas kemanusiaan yang menyakitkan. Pilihan konsep estetis yang demikian dapat dikonfirmasikan pada semua karya Basuki Abdullah yang lain. Dari beberapa mitologi, sosok-sosok tubuh yang telanjang, sosok binatang, potret-potret orang terkenal, ataupun hamparan pemandangan, walaupun dibangun dengan dramatisasi namun semua hadir sebagai dunia ideal yang cantik dengan penuh warna dan cahaya.
Berkaitan dengan konsep estetik tersebut, Basuki Abdullah pernah mendapat kritikan tajam dari Sudjojono. Lukisan Basuki Abdullah dikatakan sarat dengan semangat Mooi Indie yang hanya berurusan dengan kecantikan dan keindahan saja. Padahal pada masa itu, bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajahan, sehingga realitas kehidupannya sangat pahit. Kedua pelukis itu sebenarnya memang mempunyai pandangan estetik yang berbeda, sehingga melahirkan cara pengungkapan yang berlainan. Dalam kenyataan estetik Basuki Abdullah yang didukung kemampuan teknik akademis yang tinggi tetap menempatkannya sebagai pelukis besar. Hal itu terbukti berbagai penghargaan yang diperoleh, juga dukungan dari masyarakat bawah sampai kelompok elite di istana, dan juga kemampuan bertahan karya-karyanya eksis menembus berbagai masa.
Kakak dan Adik / Brother and Sister (1978)


Minggu, 14 Juni 2009

Malaysia Ikut Meriahkan Festival Sriwijaya XVIII

PALEMBANG, KOMPAS.com--Malaysia bakal ikut meriahkan festival Sriwijaya XVIII yang akan dilaksanakan di Jakabaring, Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel) pertengahan Juni 2009.
Malaka, Kuala Lumpur dan Negeri Sembilan bakal ikut festival Sriwijaya XVIII di Palembang, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Euis Rosmiati di Palembang, Selasa.
Menurut dia, selain dari Malaysia, festival Sriwijaya itu juga akan diikuti lima provinsi di Indonesia yakni Kabupaten Tanah Datar di Sumatra Barat, Bengkulu, Pangkal Pinang, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur.
Selain itu, sebanyak 15 kabupaten dan kota di Sumsel juga bakal ikut meriahkan festival Sriwijaya tersebut, katanya.
Ia mengatakan, pada pembukaan 16 Juni 2009 akan menampilkan parade budaya dari tim kesenian kabupaten dan kota se Sumatra Selatan dan dilanjutkan "genta Sriwijaya" yang mengkolaborasikan antara tarian, musik, busana dan elemen grafis Sumsel.
Selain itu juga akan dilaksanakan pergelaran kesenian dari masing-masing tim kesenian kabupaten dan kota di Sumsel dan tim kesenian dari provinsi/negara, katanya.
Ia menyatakan, kegiatan itu juga ada lomba musik kampus, mancing internasional, pasar wisata, pagelaran panggung sapta pesona, dan nonton bersama untuk pelajar dan mahasiswa.
Kegiatan lainnya seperti pameran seni rupa, hiburan rakyat, lomba perahu hias, lomba bidar prestasi yang diselenggarakan oleh pihak Kota Palembang.
Pada festival Sriwijaya XVIII itu juga akan digelar Sriwijaya Expo 2009.
Sumber :
Rabu, 20 Mei 2009 04:45 WIB
http://www.kompas.com/read/xml/2009/05/20/04453933/malaysia.ikut.meriahkan.festival.sriwijaya.xviii

Kamis, 11 Juni 2009

Alex ajak pertahankan budaya Sumsel

Jakarta, Palembang Pos.-Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengajak seluruh elemen masyarakat Sumsel baik di daerah maupun perantauan, agar tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsa khususnya budaya Sumsel. Soalnya dengan budaya itu, dapat membentengi diri dari derasnya arus budaya global yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.Demikian ditegaskan Gubernur Sumsel Alex Noerdin di depan masyarakat Sumsel di Jakarta yang memadati malam Gelar Budaya Sumatera Selatan yang berlangsung di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Sabtu (23/5) malam.Gelar Budaya yang menampilkan kesenian dari Kabupaten Lahat yang mengangkat prosesi adat Mendah Panggilan itu selain dihadiri Tokoh Masyarakat Sumsel, juga sejumlah duta besar negara sahabat, diantaranya Bismillah Bismil Dubes Afganistan, Sami Haddad Dubes Lebanon, Dinko Toman Dubes Bosnia dan Alexey Semerlov Dubes Rusia, Ybiquies Wiliusly Dubes Polandia serta Abdussamee Harb Dubes Lybia.Menurut Alex, bangsa yang kuat pada umunya adalah bangsa yang menghargai dan mempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsanya. Semakin jauh suatu bangsa dari nilai luhur budayanya sendiri, lanjutnya, semakin hilang pula jatidirinya sebagai suatu bangsa yang berbudaya. “Oleh karenanya menjadi tugas pemerintah dan masyarakat khususnya generasi muda untuk mempertahakannya, salah satu bentuknya dengan melaksanakan pagelaran seni budaya daerah agar tidak hilang ditelan pejalanan waktu,’’ tegas Alex.Sementara itu Bupati Lahat H Saifuddin Aswari dalam sambutanya mengatakan Kabupaten Lahat selain kaya akan hasil bumi, juga kaya akan seni budaya. Oleh karena itu, pihaknya akan terus menggali dan mempertahankan seni budaya Lahat yang merupakan salah satu aset kekayaan daerah yang juga dapat dijadikan daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi. “Salam waktu dekat Kabupaten Lahat mewakili Provinsi Sumsel dalam Gelar Budaya Nusantara di Solo, Jawa Tengah, yang akan menampilkan kesenian dari 33 provinsi di Indonesia,’’ kata Aswari. Untuk diketahui, Prosesi Budaya Mendah Panggilan yang digelar di Sasono Langen Budoyo menceritakan prosesi adat perkawinan yang masih dipertahankan masyarakat eks marga Tembelang Gedung
Agung Kecamatan Merapi Timur Kabupaten Lahat. Pagelaran ini diawali Tari Selamat datang, perkenalan dan rasanan hingga resepsi pernikahan yang ditandai dengan arak-arakan dan diakhiri dengan Tari Erai-Erai. Menariknya, para duta besar negara sahabat yang hadir ikut dalam tarian itu. (war) ( sumber Palembang Pos tgl 24 Mei 2009)

Comunity De Bedi'e Bada

Kata Mutiara

“Waktu memang tak terbatas – tapi waktu kita terbatas“

FOTO PENTAS SENI ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO